Bersama Kuasa Usaha at Interim KBRI Cairo, Teuku Darmawan

Dari kiri: Syafruddin Mukhlis (Ketua DPD Mansoura), Nur Furqon Nashrullah, Lc. (Ketua DPD Tanta), Amrizal Batubara, S.S. (Presiden PPMI Mesir), Teuku Darmawan (KUAI KBRI Cairo), A. Solikhan (Ketua DPD Zagazig), Muhlasson Jalaluddin, Lc. (Staf Atdikbud KBRI Cairo).

Gerakan 100 Kunci

Ketua DPD PPMI Tanta, Nur Furqon Nashrullah Mengawali Kepemimpinannya dengan Program Gerakan 100 Kunci.

Wisuda Mahasiswa Indonesia

Resepsi Wisuda Mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar.

Pelantikan Pengurus DPD PPMI Tanta Periode XIX Masa Bakti 2013-2014

Pelantikan Pengurus DPD PPMI Tanta pada Senin, 9 September 2013 di Rumah Anggota.

HOTLINE

HOTLINE Perlindungan WNI di Mesir: +201022229989.

Kamis, 31 Oktober 2013

Pengumuman Penyelenggaraan Workshop & Pelatihan Gerakan Kewirausahaan Untuk Mahasiswa Indonesia Di Mesir


PENGUMUMAN
No.: P.001/X/2013/EK
Penyelenggaraan Workshop dan Pelatihan Gerakan Kewirausahaan
untuk Mahasiswa Indonesia di Mesir

Dalam rangka pembinaan WNI di Mesir serta untuk menyukseskan Gerakan Kewirausahaan Nasional yang telah dicanangkan oleh Pemerintah RI, KBRI Cairo akan menyelenggarakan Workshop dan Pelatihan Gerakan Kewirausahaan untuk Mahasiswa Indonesia di Mesir yang bertempat di Ruang Pertemuan Balai Budaya KBRI Cairo pada tanggal 22-24 November 2013 dengan pembicara:
1.    Deputi Bidang Pengembangan SDM
Kementerian Koperasi dan UKM
2.    Prof. Dr. Bustanul Arifin
Pakar Ekonomi, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA, Dewan Pendiri dan Ekonom Senior pada Institute for Development of Economic and Finance (INDEF)
3.    Jamil Azzaini
MotivatorTrainer, Penulis, Dosen, Owner PT Kubik Kreasi Sisilain, Pendiri Dompet Dhuafa Republika
4.    Fauzi Rachmanto
Wirausahawan, Penulis, Inspirator Bisnis, Leadership Coach, “Greatness Activator”, Ketua Komunitas Bisnis “Tangan di Atas” Wilayah Bandung (Periode 2007-2009 dan 2009-2011)
5.    I Made Donny Waspada
Pengusaha Sukses Holtikultura, Owner PT Moena Farm dan PT Moena Fresh

Peserta dibatasi seratus (100) orang dengan ketentuan:
·      Mahasiswa tingkat akhir pada Universitas Al-Azhar atau universitas lainnya di Mesir.
·      Memiliki motivasi kuat untuk berwirausaha.
·    Mendaftar kepada panitia dengan menyertakan copy indentitas/paspordan tulisan esai singkat (sekitar 500 suku kata) mengenai motivasi mengikuti pelatihan dan bidang usaha yang akan ditekuni jika berwirausaha beserta alasan pemilihannya dalam format file Microsoft Word.
·    Panitia akan memilih 100 pendaftar yang berhak menjadi peserta berdasarkan hasil penyaringan esai singkat yang diajukan oleh pendaftar.
· Pendaftaran dilakukan secara online melalui e-mail: wirausaha@kbri-cairo.org atau wirausaha.cairo@yahoo.com paling lambat pada hari Kamis, 31 Oktober 2013.
·      Panitia tidak menyediakan transportasi ataupun uang transportasi untuk peserta.
·    Keterlambatan kehadiran peserta pada hari pelaksanaan kegiatan akan berdampak pada diskualifikasi peserta.
·      Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui alamat e-mail sebagaimana tersebut di atas.
Demikian disampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Cairo, 27 Oktober 2013


KBRI CAIRO

Senin, 28 Oktober 2013

Indonesia Berbagi Pengalaman Demokratisasi Kepada Mesir

Keberhasilan Indonesia dalam penyelenggaraan demokratisasi di masa lalu didukung oleh adanyaketerlibatan semua elemen masyarakat (inclusive), baik pemerintah termasuk militer maupun kelompok masyarakat madani (civil society) bersama-sama memiliki komitmen untuk terus melakukan reformasi di berbagai bidang. Hal ini disampaikan oleh Dr. Noorhaidi Hasan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Sunan Kalijaga, Yogjakarta, yang mewakili Indonesia dalam konferensi internasional tentang “Transitional Juctice: Accountability and Reconciliation” yang diselenggarakan oleh National Council for Human Rights Mesir pada tanggal 20-21 di Cairo.

Konferensi yang dibuka oleh Menteri Keadilan dan Transisional Mesir, Mohamed Amin El-Mahdi, tersebut dihadiri oleh wakil-wakil dari pemerintah, akademisi, think-thank, lembaga swadaya masyarakat dan korps diplomatic di Cairo.

Dalam sambutan pembukaan konferensi tersebut, Menteri Keadilan Transisional dan Rekonsiliasi Nasional Mesir menyampaikan, antara lain bahwa tujuan dari penyelenggaraan konferensi ini adalah dalam rangka memberikan rekomendasi kepada penyelenggara negara dalam rangka menegakkan sistem keadilan transisional di Mesir.

Dijelaskan pula bahwa proses keadilan transisional sebenarnya telah dimulai sejak Revolusi 2011 yang diperkuat dengan Keputusan Pemerintah pada 21 Agustus 2013 dengan membentuk Komisariat Tinggi. Namun Mesir saat ini masih membutuhkan adanya komitmen semua pihak yang kuat untuk membangun dasar yang lebih kokoh dalam rangka mendorong maju proses transisi politik dan keadilan yang dilakukan oleh Mesir saat ini.

Meskipun pengalaman negara-negara asing dalam penegakkan keadilan transisional menunjukkan tidak ada sepenuhnya yang dapat dijadikan model oleh negara lain karena perbedaan karateristik masing-masing, namun pengalaman yang berbeda-beda tersebut dapat memberikan gambaran tentang bagaimana negara-negara tersebut berupaya untuk melakukan penegakan hukum dan keadilan. 

Dalam presentasinya yang berjudul “Democratic Transition, Civil Society, and Pancasila: Indonesia’s Experience on Democratization”, Dr. Noorhaidi Hasan menjelaskan bahwa sejak jatuhnya rejim Suharto, berbagai langkah demokratisasi dan penegakkan hukum terus secara konsisten dilakukan oleh Indonesia, meskipun hal tersebut tidak selalu berjalan mulus, akan tetapi banyak diwarnai dengan berbagai hambatan dan tantangan, baik di era pemerintahan Presiden BJ. Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Sukarno hingga masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sejak jatuhnya rejim Suharto tahun 1998,  Indonesia telah melakukan berbagai langkah demokratisasi, antara lain:  amandemen konstitusi (constitutional amandment) selama 4 kali dari tahun 1999-2002, penguatan berbagai lembaga politik (institutional strengthening) melalui pembentukan KPU (1998), DPD (2002), Mahkamah Konstitusi (2003), Komisi Pemberantasan Korupsi (2003) dan Komisi Yudisial (2004).

Selain itu, langkah penting lainnya yang menjadi kunci keberhasilan demokratisasi di Indonesia adalah adanya pemberian peran civil society yang lebih besar dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengawasan jalannya pemerintahan. Hal lain yang menjadi faktor kesuksesan adalah adanya Pancasila yang menjadi dasar dari segala pelaksanaan penyelenggaraan negara dan mampu menjembatani segala perubahan sosial selama proses demokratisasi.

Turut memberikan paparan mengenai keadilan transisional dari berbagai pemangku kepentingan di dalam negeri, baik dari pemerintah maupuni lembaga-lembaga swadaya masyarakat di bidang HAM, antara lain: Menteri Solidaritas Sosial Mesir, Organisasi HAM Arab, Pusat Studi Pembangunan "Ibnu Khaldun", Pusat Independen Peradilan dan Advokat Arab, Yayasan Pembangunan dan HAM "Satu Dunia".

Sementara itu, perwakilan negara-negara asing yang  turut membagi pengalamannya yaitu Mantan Menteri HAM Maroko, Mohamed Ogar; Pejabat Kerjasama Hukum dan Peradilan Organisasi Franconfon; Mitchell Carieh; Anggota Komnas HAM Marokko; Dr. Noorhaidi Hasan, Dekan Fakultas Syariah, Universitas Sunan Kalijaga, Jogjakarta, Indonesia; Dr. Pedro Carlos, Dosen Hukum Universitas Cuimbra, Portugal dan Merius Rosomo, Sekjen Komnas HAM Burundi.

Selain menjadi narasumber dalam konferensi tersebut, Dr. Noorhaidi Hasan juga telah bertemu dengan para ahli dari lembaga think-thank Al Ahram Centre for Political and Strategic Studies (ACPSS) pada tanggal 22 Oktober 2013.  Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak telah menjelaskan situasi dan kondisi masa transisi yang dialami masing-masing negara dan berbagai hambatan dan tantangannya.

Dalam hal ini, Indonesia menjelaskan bahwa sistem demokratisasi yang dijalankan sejak tahun 1998 menekankan adanya keterlibatan elemen masyarakat dan memberikan ruang kebebasan kepada kelompok-kelompok sosial politik dan agama untuk melakukan aktifitasnya. Pihak ACPSS juga menyampaikan perkembangan penyelenggaraan masa transisi demokrasi saat ini di Mesir termasuk berbagai langkah-langkah kebijakan dan alasan yang diambil oleh Pemerintahan Transisi saat ini terhadap kelompok social politik dan agama tertentu. 

Kunjungan Dr. Noorhaidi Hasan di Cairo diakhiri dengan pertemuan bersama Persatuan Pelajar/Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Mesir dalam kesempatan Seminar Diskusi dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda bertemakan “Pemuda dan Tantangan Masa Depan”.

Seminar yang juga diisi dengan ceramah oleh Koordinator Pelaksana Fungsi Politik dan Atdikbud KBRI Cairo tersebut telah membahas berbagai tantangan bangsa Indonesia di masa depan dan bagaimana pemuda khususnya para pelajar dan mahasiswa Indonesia di Mesir turut andil di dalamnya.

Di akhir seminar, disepakati bahwa bentuk konkrit yang dapat dilaksanakan oleh mahasiswa saat ini di Mesir adalah tetap menjaga persatuan dan kesatuan antar sesama mahasiswa dan bersinergi dengan KBRI dalam rangka meningkatkan promosi Indonesia di Mesir. Yang paling penting adalah tidak ikut campurnya para mahasiswa Indonesia dalam proses politik transisi yang sedang dilakukan oleh Mesir saat ini. 

Sumber: KBRI Cairo

Sabtu, 26 Oktober 2013

KUAI Hadiri Silaturrahmi Dengan Para Ulama Di DPD PPMI Tanta

Prof. Dr. Taher Fachrani as-Syafi`I mengatakan “Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang beriman dan menuntut ilmu lebih tinggi dari yang lainnya”, Guru Besar Fiqih pada Fakultas Syariah wal Qanun Universitas Al-Azhar Tanta ini menambahkan bahwa ulama adalah pewaris para Nabi, dan kenabian itu adalah derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT. Untuk itu, menuntut ilmu agama dengan tekun dan penuh penghayatan adalah langkah tepat menuju derajat keulamaan yang merupakan pewaris para nabi.
Hal itu disampaikan pada acara halal bi halal dalam rangka Idul Adha di Sekretariat Dewan Pengurus Daerah Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (DPD-PPMI) Tanta, 20 Oktober 2013.

Kuasa Usaha a.i. KBRI Cairo, Teuku Darmawan, yang hadir dalam acara tersebut didampingi oleh Dr. Fahmy Lukman, M.Hum., Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Cairo, dan staf, di dalam sambutannya antara lain menyampaikan Ucapan Terima kasih dan Apresiasi yang sangat tinggi kepada para Guru Besar, Para Ulama dan Tokoh Masyarakat serta para Dermawan, yang sudah banyak membantu para mahasiswa Indonesia di kota Tanta ini, sehingga mereka bisa melanjutkan studi dengan aman, damai tanpa ada kesulitan, termasuk di masa-masa krisis di Mesir beberapa waktu lalu.

Teuku Darmawan juga meminta kepada para Mahasiswa Indonesia untuk meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat Mesir, dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat, karena hubungan baik antara Indonesia dan Mesir sejatinya sudah berlangsung lama, bahkan jauh sebelum kemerdekaan RI. Untuk itu perlu dijaga dan ditingkatkan.

Dalam acara  yang diawali dengan pembacaan Ayat Suci Al-Quran oleh Fawwaz Fatin Masyhud, pelajar Indonesia kelas 1 SD di Al-Azhar dan santri Tahfidz Al-Quran di Yayasan Tabarak Tanta ini, Ketua DPD-PPMI Tanta, Nur Furqon, Lc, antara lain mengatakan bahwa acara open house ini bertujuan untuk menjalin silaturrahmi antar sesama mahasiswa, mahasiswa dengan para Guru Besar Al-Azhar di Tanta, dengan para Ulama dan tokoh masyarakat serta dengan para muhsinin. Nur Furqon menambahkan bahwa keberadaan lembaga seperti Jam`iyaah Syar`iyyah di Mahallah Kubro, sangat membantu mahasiswa Indonesia dan mahasiswa asing lainnya yang belajar agama di Tanta, untuk itu, Nur Furqon berharap, adanya silaturrahmi yang baik antara lembaga-lembaga ini dengan KBRI dan juga dengan mahasiswa Indonesia.

Sementara itu, Presiden PPMI, Amrizal Batubara, SS, dalam sambutannya lebih menekankan pentingnya peningkatan hubungan baik dengan para ulama dan juga muhsinin di kota Tanta ini. Menurut Batubara, para ulama dan tokoh masyarakat yang memberikan perhatian baik moril maupun materiin kepada mahasiswa asing tersebut melakukannya dengan niat ikhlas, dengan tujuan untuk membantu para penuntut ilmu agama fi sabilillah.

Sementara itu, Sheikh Sa`duddin, yang mewakili Jumiyah Syar`iyah di Mahallah Kubro, antara lain menyampaikan bahwa selaku lembaga kemasyarakatan yang banyak memberikan dukungan kepada dakwah, Jumiyah Syar`iyah melihat bahwa pengiriman dai ke luar negeri bukanlah hal yang mudah, memerlukan biaya yang cukup besar dan sampai di Negara tempat berdakwah juga masih memerlukan penerjemah di dalam setiap kegiatan, yang seperti diketahui bahwa bahasa terjemah –apalagi dalam berdakwah—tentu tidak seperti bahasa sendiri yang bukan terjemah. Untuk itu, kebijakan memberikan dukungan kepada mahasiswa asing yang belajar agama di Universitas Al-Azhar adalah salah satu cara yang terbaik, karena mereka adalah para dai yang akan menyampaikan misi dakwah dengan bahasa masyarakatnya.

Acara silaturrahmi dan halal bihalal tersebut dihadiri oleh Pimpinan dan Staf KBRI Cairo, para ulama Al-Azhar, tokoh masyrakat, Perwakilan Jumiyah Syar`iyah, Direktur Pesantren Al-Quran Tabarak Tanta, Ketua Lembaga Ilmu Al-Azhar Alexandria, Presiden dan pengurus PPMI, Ketua-ketua Dewan Pengurus Daerah PPMI Tafahna, Mansourah dan Zaqaziq, Ketua Wihdah, Anggota DPD-PPMI Tanta, termasuk yang berdomisili di Alexandria.Sementara itu, seorang tokoh ulama dari Alexandria yang mendampingi para mahasiswi Indonesia yang belajar di Alexandria, yaitu Sheikh Alaa Muhammad Mustafa menyampaikan bahwa dirinya sangat terkesima dengan acara yang digelar oleh DPD-PPMI Tanta, karena acara silaturrahmi dalam rangka menyambut Idul Adha tersebut dilaksanakan dengan penuh cinta, dan kehadiran para mahasiswa dan ulama di tempat tersebut juga didasari rasa cinta kepada ilmu dan agamanya. Sheikh Alaa menambahkan, bahwa sebuah hari raya yang merupakan kesempatan untuk menyatukan umat Islam tersebut direalisasikan dengan sangat tepat oleh DPD-PPMI Tanta, seraya berdoa mudah-mudahan acara ini penuh berkah dan membawa maslahat untuk kebaikan semua. (mj)
Sumber: AtdikCairo.org

Dewan Pengurus PPMI Tafahna Dilantik

Kuasa Usaha Sementara KBRI Cairo, Teuku Darmawan didampingi Atase Pendidikan dan Kebudayaan,  Dr. Fahmy Lukman, M.Hum., (23/9) hadiri Pelantikan Dewan Pengurus Daerah Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (DPD-PPMI) Tafahna di Sekretariat  DPD Tafahna, Provinsi Daqahleya.

Acara Pelantikan Pengurus yang dihadiri oleh Anggota DPD-PPMI Tafahna dan Ketua-ketua DPD-PPMI Tanta, Mansoura dan Zaqaziq  tersebut dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada mahasiswa Indonesia yang meraih prestasi akademik gemilang di bangku kuliah pada tahun tahun akademik 2012/2013. Penghargaan tersebut sebagai  bentuk apresiasi Pengurus kepada anggotanya yang tekun dalam studi, dan sebagai motivasi bagi anggota lainnya agar selalu meningkatkan prestasinya di bangku kuliah.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Fahmy Lukman, M.Hum., di dalam sambutannya, antara lain mengatakan bahwa pelantikan pengurusa ini adalah wujud dari serah terima estafet  perjuangan pengurus periode sebelumnya kepada pengurus baru periode VI masabakti 2013-2014. Selain itu, Atdikbud juga menghimbau kepada seluruh elemen organisasi  mahasiswa Indonesia di Mesir, khususnya DPD-PPMI  Tafahna untuk berupaya melompat  jauh ke depan, dengan mengadakan program-program unggulan baru, yang manfaatnya bisa dirasakan ketika kembali ke tanah air. Sebelum mengakhiri sambutan, Atdikbud berpesan agar kawan-kawan mahasiswa menghargai waktu dalam berorganisasi, termasuk menghilangkan kebiasaan terlambat dalam memenuhi janji, termajuk terlambat  datang pada saat  menghadiri kegiatan.

Sementara itu, Ketua DPD-PPMI Tafahna dalam sambutannya antara lain menyampaikan pentingnya koordinasi antara semua Ketua-ketua DPD-PPMI yang ada di Mesir, agar informasi penting yang datang dari Cairo diterima dengan baik. Ketua DPD-PPMI Tafahna juga meminta dukungan dari seluruh anggota agar roda organisasi di bawah kepemimpinannya nanti dapat meraih cita-cita yang didambakan oleh semua.(MHA)
Sumber: AtdikCairo.org

Minggu, 20 Oktober 2013

Undangan Open House & Halal Bi Halal DPD PPMI Tanta


OPEN HOUSE & HALAL BI HALAL
DPD PPMI TANTA PERIODE XIX MASA BAKTI 2013-2014

Hari/ Tgl: Ahad, 20 Oktober 2013
Pukul     : 12:00 WLT s.d Selesai
Tempat  : Rumah Anggota PPMI Tanta

Tamu Undangan:
  • Skeikh Alaa' Muhammad Mustafa Na'imah (Rais Ruwak Azhar Alexandria)
  • Dekan Fakultas Syariah wa al-Qonun Universitas Al-Azhar Tanta
  • Dekan Fakultas Ushuluddin wa al-Dakwah Universitas Al-Azhar Tanta
  • Skeikh Hatim Abdurrahman (Mudir Jamiah Syariah Mahalla El-Kubro)
  • Skeikh Ahmad El-Haddad
  • Dr. Abdullah Abu El-Aths
  • Dr. Abou Assalam
  • Dr. Abdel Hakim Syarqawi (Dosen Al-Azhar Tanta)
  • Teuku Darmawan (KUAI KBRI Cairo)
  • Dr. Fahmy Lukman, M. Hum. (Atase Pendidikan & Kebudayaan KBRI Cairo)
  • Amrizal Batubara, S.S. (Presiden PPMI Mesir)
  • Ketua DPD PPMI Mansoura
  • Ketua DPD PPMI Tafahna
  • Ketua DPD PPMI Zagazig
  • Ketua Wihdah PPMI Mesir

Selasa, 15 Oktober 2013

Keluarga Besar Masyarakat Indonesia Di Mesir Rayakan Idul Adha Bersama


Kekhawatiran akan kondisi instabilitas keamanan yang masih cukup dirasakan di Mesir, ternyata tidak mengurangi semangat kebersamaan dan kekeluargaan pada acara silaturahim perayaan Idul Adha 1434 H, antara KBRI Cairo dengan ribuan warga masyarakat Indonesia di Mesir, selepas melaksanakan sholat Ied, pada Selasa, 15 Oktober 2013, di masjid As Salam, Nasr City, Cairo.


Pada sambutan singkatnya, Wakil Kepala Perwakilan RI selaku Kuasa Usaha ad interim, Teuku Darmawan, mewakili Duta Besar RI, menyampaikan ucapan selamat hari Raya Idul Adha untuk seluruh masyarakat Indonesia di Mesir, serta berharap agar kesempatan silaturahim kali ini dapat menjadi sarana saling memberikan kemaafan, selain rasa kebersamaan dan kekeluargaan.



KUAI juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para panitia, baik dari unsur KBRI Cairo maupun dari elemen Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, atas kerja samanya yang baik sehingga acara silaturahim  dapat terselenggara.


Sementara itu, sebelum menghadiri acara silaturahim di As Salam, KUAI sempat melaksanakan sholat Ied di Masjid Indonesia Cairo yang berlokasi di Dokki, Giza, pada pukul 6:45 pagi waktu Cairo. Bertindak sebagai imam pada sholat Ied Sdr. Abdullah Muttaqien, Lc, dan khotib Sdr. Muhammad Syaifuddin , Lc.M.A. 


Dalam ceramahnya, Syaifuddin menekankan nilai dan keutamaan berkurban, yaitu rasa kesyukuran dan keikhlasan kepada Allah. Diharapkan dari para Muslim yang menyumbangkan hewan kurbannya, tidak hanya kurban tersebut bernilai dari harga hewan yang dikurbankan, namun lebih dari itu, yaitu meningkatkan ketakwaan serta kualitas Ibadah kepada Allah SWT.


Perayaan Idul Adha kali ini dirasakan cukup berbeda oleh karena KBRI Cairo tidak secara khusus menyelenggarakan sholat Idul Adha untuk WNI. Hal ini adalah untuk memberi kesempatan kepada masyarakat Indonesia di Mesir untuk dapat berbaur bersama dengan warga Mesir dalam melaksanakan sholat Idul Adha bersama. Suasana seperti ini kiranya dapat menjadi bagian dari membina hubungan kemasyarakatan yang lebih erat antara warga Mesir dan warga Indonesia yang tinggal di Mesir. 


Hingga hari pertama perayaan Idul Adha (15/10), KBRI Cairo telah menerima hewan kurban dari masyarakat Indonesia baik yang berdomisili di tanah air maupun di Mesir, sebanyak 3 ekor sapi dan 15 ekor kambing. Penyaluran daging hewan kurban untuk selanjutnya dilakukan oleh KBRI Cairo bekerja sama dengan Badan Wakaf Amal Kesejahteraan Mahasiswa (BWAKM) dan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa (PPMI) Mesir, untuk dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

Sumber: KBRI Cairo

Himbauan Terkait Situasi Politik & Keamanan Mesir Pasca Pembubaran Paksa Demonstrasi Pendukung Morsi Tanggal 14 Agustus 2013


H I M B A U A N
No.: SE.408/VIII/2013/PROTKONS

TERKAIT SITUASI POLITIK DAN KEAMANAN MESIR PASCA PEMBUBARAN PAKSA DEMONSTRASI PENDUKUNG MORSI TANGGAL 14 AGUSTUS 2013

Sehubungan dengan memanasnya situasi politik dan keamanan Mesir paska pembubaran paksa demonstran pendukung Dr. Mohammed Morsi pada hari Rabu, tanggal 14 Agustus 2013, KBRI Cairo menghimbau seluruh WNI agar:
1. Mentaati kebijakan Pemerintah Mesir yang memberlakukan situasi darurat dan jam malam yang diberlakukan sejak 14 Agustus 2013, khususnya untuk tidak keluar rumah pada pukul 19.00 hingga pukul 06.00. Namun sebelumnya perlu menyiapkan bahan kebutuhan pokok untuk selama 2 minggu guna antisipasi toko tutup;
2. Membawa selalu tanda pengenal yang masih berlaku, mengindahkan peraturan setempat, serta mengantisipasi pembentukan pos-pos pemeriksaan keamanan yang dibentuk baik oleh aparat keamanan maupun masyarakat sipil Mesir. Bagi yang ijin tinggalnya akan berakhir, agar segera memperpanjangnya baik secara individu maupun kolektif;
3. Menjauhi pusat konsentrasi massa seperti Tahrir, Gedung Radio & Televisi, Abbasiyah, Rabeah El-Adaweya, wilayah Universitas Cairo, Ittihadeya, dan tempat lain di Cairo dan kota lain yang menjadi tempat konsentrasi massa;
4. Menjaga ketenangan namun tetap meningkatan kewaspadaan serta keamanan diri dan keluarga di kediaman serta lingkungan;
5.      Sebagai warga asing, agar menghindari ikut campur dalam politik dalam negeri Mesir baik secara verbal, tulisan di media sosial seperti Facebook, Twitter, dan situs jejaring lainnya, maupun tindakan seperti ikut gerakan demonstrasi tertentu.
6.  Memonitor perkembangan situasi melalui berbagai sarana seperti media massa, baik cetak maupun elektronik, dan sarana lainnya;
7.   Mempererat kekompakan dan koordinasi dengan sesama WNI serta memberikan pertolongan kepada yang bermasalah, serta segera menyampaikannya kepada KBRI melalui nomor hotline 02-27947200/9, 010-1518-5795, dan 010-2222-9989.

Demikian, untuk menjadi perhatian.
Cairo, 14 Agustus 2013
A.n. Kepala Perwakilan RI

TTD.

Nugroho Yuwono Aribhimo
Counsellor Protkons

Tembusan:
1. Yth. Bapak Duta Besar RI
2. Yth. Bapak Wakil Kepala Perwakilan RI

Jumat, 11 Oktober 2013

Atdikbud Hadiri Pertemuan Dengan Desert Research Center

Dalam rangka meningkatkan kerja sama di bidang penelitian pertanian antara Indonesia dan Mesir, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Cairo, Dr. Fahmy Lukman, M.Hum., tanggal 10 Oktober 2013 memenuhi undangan direktur Desert Research Center (Lembaga Riset Padang Pasir), Kementerian Pertanian dan Reklamasi, Prof. Dr. Ra'fat untuk mengenal lebih dekat tentang lembaga tersebut dan kegiatan serta capaian yang telah direalisasikannya.

Prof. Dr. Ra'fat di dalam sambutannya antara lain mengemukakan keinginan nya untuk kerja sama dengan Indonesia di bidang penelitian pertanian dan pemanfaatan tanah yang menjadi kebutuhan kedua negara.

"Desert Research Center siap mengadakan kerja sama dengan Lembaga Riset serupa di Indonesia, atau Perguruan Tinggi. Desert Research Center siap  bertukar hasil penelitian, pertukaran kunjungan dan kegiatan kerja sama lain yang positif untuk meningkatkan produktifitas tanah di Kedua negara", kata Dr. Ro'fat bersemangat.

Dia menambahkan, "Berhubung Bapak Atase Pendidikan dan Kebudayaan saat ini bermukim di Mesir, maka kami persilakan berkunjung kapan saja di lembaga ini, untuk membicarakan peningkatan kerja sama kedua negara".

Prof. Dr. Hasan el Syair, mantan wakil Direktur dalam paparannya antara lain menjelaskan bahwa Lembaga Penelitian Padang Pasir ini adalah lembaga penelitian tertua di Mesir, didirikan oleh Raja Farouk pada 30 Desember 1950. Dr. El Syair menambahkan bahwa lembaga ini memiliki 11 Pusat Penelitian di seluruh padang pasir Mesir, dan telah berhasil mereklamasi sebagian padang pasir menjadi lahan pertanian dan perkebunan."

Pada kesempatan tersebut, Atase Pendidikan dan Kebudayaan antara lain menyampaikan apresiasinya kepada Pimpinan dan para staf Desert Research Center. Atdikbud menambahkan bahwa kerja sama penelitian di bidang pertanian ini memiliki prospek yang cukup bagus, untuk itu KBRI akan berupaya untuk merealisasikan dan meningkatkan melalui Kementerian Pertanian dan juga Pusat-pusat Penelitian Pertanian serta Perguruan Tinggi di Indonesia.

Pertemuan di ruang rapat yang diselenggarakan khusus menyambut Atdikbud tersebut dihadiri oleh Direktur Desert Research  Center, Wakil Direktur, Mantan Wakil Direktur, Ketua-ketua divisi penelitian, dan Kepala Biro Kerja sama.

Sumber: AtdikCairo.org

Rabu, 09 Oktober 2013

Putra-Putri Indonesia Kembali Raih Gelar Sarjana Universitas Al-Azhar

Suasana khidmat mewarnai upacara wisuda mahasiswa Indonesia Al-Azhar yang diselenggarakan atas kerja sama KBRI Cairo dan Universitas Al-Azhar, bertempat di gedung Azhar Conference Centre, Cairo, di mana lebih kurang 260 mahasiswa Indonesia serta 92 mahasiswa asing lainnya telah dinobatkan secara resmi sebagai sarjana S1, S2 dan S3 dari Universitas Al Azhar. 



Acara dihadiri oleh Duta Besar RI Cairo dan Deputi Grand Sheikh Al-Azhar, yang didampingi oleh Atase Pendidikan KBRI Cairo, Rektor dan sejumlah Dekan dari Fakultas di Al-Azhar tempat para Mahasiswa Indonesia menuntut ilmu.

Pada kesempatan tersebut Dubes RI menyampaikan sambutan yang intinya berisikan ucapan selamat kepada para Mahasiswa Indonesia yang telah berhasil menyelesaikan studi, baik di tingkat sarjana S1, S2 maupun S3, serta harapan agar ilmu yang telah diperoleh dapat diaplikasikan sebagai sumbangsih dalam membangun tanah air. 



Lebih lanjut disebutkan oleh Dubes RI bahwa dengan prinsip Islam moderat yang diajarkan oleh Al-Azhar, hal ini perlu untuk dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, termasuk dalam upaya pembangunan di segala bidang. Nilai-nilai Islam moderat yang diajarkan oleh Al-Azhar hendaknya dapat diterapkan tidak hanya secara dogmatisme untuk pemajuan ilmu agama itu sendiri, namun juga dapat bersifat aplikatif di berbagai bidang pekerjaan, termasuk ekonomi. Salah satu contohnya adalah pengembangan ekonomi syariah, di mana sistem ini dinilai dapat bertahan di tengah krisis ekonomi dunia. 



Dubes RI juga menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada Grand Sheikh Al-Azhar, Deputi Grand Sheikh, Rektor dan para Dekan, yang selama ini telah membimbing para mahasiswa Indonesia hingga berhasil menyelesaikan studi mereka dan kelak diharapkan dapat menjadi generasi penerus yang ikut serta memajukan pembangunan di tanah air.

Dalam kesempatan sambutannya mewakili Grand Sheikh, Deputi Grand Sheikh menyampaikan salam dan permohonan maaf dari Grand Sheikh Azhar yang tidak bisa menghadiri acara wisuda ini karena agenda lain di luar Cairo. Al-Azhar sangat bahagia dengan lulusnya putra-putri Indonesia dari Al-Azhar, bahkan ada yang menyelesaikan jenjang doktoral. Dirinya berharap agar para alumni berpegang teguh kepada al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah saw, serta senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Al-Azhar yang moderat. Al-Azhar juga terus menunggu dan terbuka bagi putra-putri Indonesia untuk belajar di Al-Azhar.

Mewakili seluruh Putra-Putri Indonesia yang diwisuda, Ulfiah Nur Faiqoh, sarjana Al-Azhar peraih predikat Istimewa (Mumtaz), menyampaikan ucapan terimakasih kepada dewan guru dan pegawai administrasi di Al-Azhar el-syarief, KBRI Cairo dengan seluruh jajarannya serta para panitia wisuda tahun ini. Selain itu ulfiah juga mengajak para wisudawan agar mengamalkan apa yang telah diterima dari Al-Azhar dan menyampaikan ajaran Islam yang moderat kepada seluruh umat.

Sumber: KBRI Cairo  

Israel Daniel

Popor senapanku terangkat. Mataku beradu dengan mata wajah polos di hadapanku. Rasa benci tiba-tiba menjalari hatiku membalas tatapan kebencian bocah delapan tahunan, yang mengacungkan batu sekepalan tangan ditujukan kepadaku.

“Dia musuh masa depanmu, merampas tanah yang seharusnya hanya milikmu.” Suara Rabbi Shahak seolah-olah berdesis di telingaku. “Antisemit dan primitif,” lanjutnya berulang-ulang, hampir setiap hari sambil memperagakan gerakan mencium Tembok Ratapan. Mungkin saat itu aku baru lima tahunan.

Suara-suara mengejekku dari belakang seolah-olah aku tidak berani menghadapi bocah Palestina ingusan ini, semakin memicu amarahku. Kukumpulkan rasa marah itu di ujung pelatuk pistolku. Senapanku menyalak sebelum batu di tangannya bersarang di mata kiriku. Aku masih sempat melihat peluruku begitu jitu menembus dada kirinya. Darah segar muncrat membasahi seragam sekolahnya.

Anak itu meneriakkan sepenggal kalimat bahasa Arab yang sering dikumandangkan di masjid-masjid. Tak ada rasa takut sedikit pun dari suaranya. Seakan dia bangga menjemput maut setelah mengadang tank kami di jalanan hanya dengan batu di tangan. Sendirian!

Kepalaku terasa berputar. Batu dari tangan bocah itu seperti membuat bola mataku pecah. Rasa kebencian yang terpancar dari sorot mata bocah Palestina itu ternyata mampu menghasilkan energi yang luar biasa dahsyat. Bocah itu telah lebih dahulu rebah sebelum akhirnya aku juga terjerembap, bersimpuh memegang mata kiriku.

Sebelum benar-benar gelap, sesosok bayangan wanita seperti melintasi pandanganku. Tangannya berusaha menggapaiku. Namun, akhirnya dia jatuh tertelungkup menimpa tumpukan tubuh di hadapannya. Kelebatan itu terlihat seperti nyata. Aku menangis sekuat tenaga ditarik seseorang dengan keras menjauhi tumpukan tubuh bermandikan darah. Sketsa mengerikan itu mengantarku ke dalam lengang.

Sesaat kesadaranku hilang. Hanya terdengar suara gaduh, ingar-bingar yang jauh, lalu diam. Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Aku tersadar kembali saat mendengar suara tembakan beruntun beberapa kali. Aku berusaha membuka mata walau kepalaku terasa berat. Aku bergidik! Tubuh bocah kecil itu ternyata sedang ditembaki beramai-ramai oleh rekan-rekanku. Tubuh bersimbah darah itu berkedut beberapa kali setiap timah panas menembus tubuhnya, sampai akhirnya dia mengejang. Sepertinya semua rekan-rekanku tak ingin kehilangan momen berharga mengakhiri riwayat bocah kecil penggenggam batu yang berani-beraninya melawan tentara Israel hanya dengan batu di tangan. Mungkin masih terlalu dini baginya untuk tahu sepak terjang Stern, Irgun, dan Haganah dulu menghancurkan De’ir Yasin (i).

Aku tercekat dengan pemandangan mengerikan di hadapanku. Aku ingin berpaling, tapi entah mengapa tangan Rabbi Shahak terasa seolah-olah mengelusku, memberi kekuatan dan memberkati hari pertamaku bertugas dalam wajib militer.

Anggota patroli yang belum semuanya kukenal baik kembali berlompatan menaiki tank-tank dengan wajah terlihat puas sambil melempar joke penuh cemoohan kepada bocah Palestina yang baru saja kami habisi. Perjalanan dilanjutkan untuk mengontrol pelaksanaan jam malam yang sebentar lagi akan diberlakukan.

Aku lebih banyak diam saat mata dikompres. Ada sedikit rasa shock di hatiku dengan pemandangan yang baru aku alami dan aku terlibat langsung di dalamnya. Selama ini aku hanya mendengar cerita dari teman-temanku yang ikut wajib militer.

“Jangan terlalu dipikirkan, Daniel,” Mitchel Fisk, teman sefakultasku yang telah lebih dahulu memasuki wajib militer menepuk bahuku.

“Saat pertama kali ikut patroli aku juga mengalami shock yang sama sepertimu. Nanti juga kau akan terbiasa,” Fisk menawarkan permen karet di tangannya. “Lumayan, untuk mengurangi stres,” ujarnya. Aku terdiam sembari mengunyah permen karet. “Apa mungkin aku nanti akan bisa terbiasa dengan kondisi ini?”

Tank-tank kami melewati pinggiran kota, menyusuri tembok pembatas yang membelah Yerusalem. Tembok sepanjang seratus tiga puluh kilometer dengan tinggi sepuluh meter yang dulu dibangun atas inisiatif Perdana Menteri Ariel Sharon ini terlihat begitu angkuh dengan sistem monitor canggih yang di pasang di atasnya.

Di ujung jalan yang tidak bertembok pembatas, banyak warga Palestina sedang antre untuk melewatinya. Para tentara Israel bersiaga di sana. Semua warga diperiksa, mulai dari cek kartu identitas, digeledah, bahkan sampai ke pakaian dalam.

Aku melirik jam tanganku. Tinggal lima menit lagi menjelang jam lima saat akan diberlakukannya jam malam. Tapi, sepertinya masih banyak warga Palestina yang belum menyadari percepatan jam malam kali ini. Karena, memang perubahan ini diambil tiba-tiba saja tanpa alasan yang jelas oleh pimpinan IDF (ii) wilayah Tepi Barat.

Ini bukanlah kali pertama adanya perubahan jam malam tanpa sosialisasi. Walaupun aku seorang Israel, tapi ini suatu yang kurang masuk akal dilakukan organisasi sekaliber IDF. Tapi, aku tak punya waktu untuk berpikir lebih lanjut.

Di ujung jalan, di persimpangan ke arah perumahan Ramat Shlomo, seorang laki-laki berkafiyeh berjalan dengan arah menjauhi pemukiman.

“Wah, ini jatah kita nih!” seru Tom Shlaim, perwira menengah yang duduk di bagian depan tank tergelak senang.

Lewat satu menit dari jam lima! Ini adalah kartu mati bagi warga Palestina yang masih berada di luar rumah. Kami berlompatan ke depan pria berjanggut yang terlihat kaget dengan kedatangan kami.

“Anda melanggar jam malam,” komandan patroli kami Mayor Ehud Oron menodongkan senapannya hanya berjarak sepuluh senti di depan kening lelaki itu. “Keluarkan kartu identitas!”

“Geledah!” suara mayor yang pernah ikut membuldoser orang-orang Palestina di lokasi penampungan pengungsi sipil dalam Operasi Jenin pada 2002 itu menggelegar.

Serdadu-serdadu berlompatan dari atas tank-tank seperti serigala lapar melihat rusa yang terkepung, menyeringai siap menerkam. Mereka berlomba mendekati lelaki separuh baya itu yang dengan tenang melirik jam tangannya. Sepertinya dia menyadari telah ada perubahan jam malam yang dipercepat secara sepihak oleh Israel.

Laki-laki itu tersenyum samar seperti paham dengan jebakan Israel kali ini. Senyumnya ternyata justru membuat kemarahan serdadu Israel menggelegak. Bertubi-tubi pukulan dan tendangan keroyokan mendarat di perut dan pelipis laki-laki itu. Laki-laki itu terbungkuk menahan sakit. Tubuhnya sempoyongan. Darah segar menghambur dari mulutnya.

Melihat lawan makin tak berdaya, gerombolan pasukan Israel makin beringas menghajar laki-laki itu tanpa ampun. Sungguh sebuah aksi tanding yang sangat tak berimbang.

“Ayo Daniel!” teriak Mitchell dengan isyarat tangannya agar aku ambil bagian dalam aksi ini membuatku tergagap.

“Adalah tugas mulia kita, menyediakan ‘tanah tanpa manusia untuk manusia tanpa tanah (iii)’, ” teriak Mitchell lagi. Kalimat itu telah kudengar hampir setiap hari saat aku melewati hari-hariku di Kibbutz (iv). “Yoshua datang dan memusnahkan penduduk Jericho (v) adalah misi Tuhan! Tidak boleh ada satu orang pun dari mereka yang tersisa!” jawaban seperti itu selalu diberikan Rabbi Shahak sambil membuka Perjanjian Lama saat aku bertanya mengapa Israel harus terus-menerus menghabisi Palestina.

Aku masih terpaku saat tubuh laki-laki Palestina itu oleng. Aku tercekat ketika sebuah hantaman keras senjata laras panjang seorang serdadu Israel menghajar tengkuk lelaki itu yang membuatnya tersungkur di tanah. Rasa kagetku belum hilang saat Letnan Moshe Ildad melompat ke atas tank. Berteriak menyuruh pasukan Israel menghindar dari tubuh lelaki Palestina itu dan bersiap menjalankan tank. Aku menahan napas di tengah sorak riang pasukan Israel menyemangati Ildad. Tank bergerak seperti sebuah tarian maut yang gemulai, menikmati setiap putaran rodanya menuju tubuh yang tergolek tak berdaya di jalanan beraspal dan siap menggilasnya.

Aku menutup mataku tak hendak melihatnya. Namun, pemandangan yang tak kalah mengerikan hadir menggantikan. Di depan mataku, siluet tumpukan tubuh laki-laki dan perempuan tumpang tindih. Dan, perempuan terakhir yang mencoba menggapaiku tersungkur, berteriak keras melihat buldoser mendekat ke arahnya. Pemandangan berikutnya tak dapat kusaksikan kecuali teriakan histeris perempuan itu serta suara-suara jerit kesakitan yang menyayat, mungkin dari tumpukan tubuh manusia itu. Aku tidak dapat menyaksikannya lagi, karena tubuhku ditarik seseorang dengan keras dan dipalingkannya.

Aku refleks membuka mata mendengar raungan keras keluar dari mulut laki-laki yang setengah jam lalu masih berdiri gagah di hadapan kami, saat roda-roda tank mulai menyentuh tubuhnya. Aku menahan napas melihat cairan putih berloncatan keluar dari kepala laki-laki itu. Tubuh itu kini tak berbentuk. Serpihan daging dan genangan darah membanjirinya. Aku menelan ludah pahit. Serdadu-serdadu Israel bersorak dan bertepuk tangan menyalami Ildad, seolah mayor itu telah berhasil melaksanakan sebuah misi penting. Setelah itu mereka kembali berlompatan ke atas tank bersiap mengakhiri patrol hari ini.

●●●

Aku mengempaskan tubuh di tempat tidur masih mengenakan seragam wajib militer. Rasa pusing dan mual menyesaki perutku. Sungguh sebuah hari yang melelahkan pada hari pertamaku menjalani wajib militer ini.

Aku berusaha menutup mata. Namun, bayangan kejadian hari ini memenuhi pikiranku. Anak kecil pelempar batu, tubuh laki-laki Palestina yang hancur, serta sebuah bayangan perempuan yang berulang kali muncul, entah dari mana asalnya, berusaha menggapaiku di tengah tumpukan manusia tumpang tindih dalam genangan darah. Bayangan terakhir awalnya masih samar, namun makin lama terlihat semakin jelas. Aku mengumpulkan segenap ingatanku untuk memahami bayangan itu. Sebuah tanya bolak-balik menghantuiku. Siapa perempuan di tengah tumpukan manusia itu? Entah mengapa perlahan-lahan ada perasaan dekat yang kurasakan saat aku kembali membayangkan wajah perempuan itu. Lalu, mengapa pula aku ada di tengah tumpukan manusia itu?

Aku bangkit menuju ruang kerja Rabbi Shahak. Hari ini ada pertemuan penting di Sinagog Khabaar dan Rabbi Shahak akan mengikutinya mungkin sampai pagi. Tumpukan buku-buku terlihat memenuhi ruangan dan meja.

Seingatku, selama aku diasuh Rabbi Shahak semenjak usiaku sekitar empat tahunan, baru beberapa kali aku memasuki ruang kerja Rabbi Shahak ini. Walaupun Rabbi Shahak terlihat sangat sayang padaku, namun sikapnya sangat tertutup. Banyak hal yang sepertinya ingin disembunyikannya dariku, termasuk keberadaanku di rumahnya sampai saat ini. Dia akan diam seribu bahasa kalau aku bertanya tentang masa kecil dan asal-usul keluargaku. Rabbi Shahak hanya mengatakan bahwa aku adalah “malaikat” yang dikirim Tuhan kepadanya untuk menjadi “pahlawan” bangsa Israel membebaskan “Tanah Terjanji”.

Mataku menyapu seluruh ruangan. Sebuah diary lama dengan sampul penuh debu yang tergeletak di ujung lemari menarik perhatianku. Tak ada yang istimewa yang tertulis di buku itu. Hanya seputar kegiatan harian Rabbi Shahak mengajar dan memberikan ceramah di beberapa sinagoge dan pertemuan. Aku membolak-balik buku itu tanpa minat. Beberapa halaman yang ditulis dengan tinta merah walaupun buram menarik perhatianku.

15 November 1989
Akhirnya pagi ini dia menikahi wanita Palestina itu dan menjadi Muslim. Dia memilih tanggal ini katanya untuk hadiah ulang tahun kemerdekaan pertama Palestina bagi istrinya.

“Sekaligus hari kemerdekaan bagiku,” ujarnya .

Dia telah menjadi Yahudi yang mengkhianati dirinya sendiri.

“Paham Zionisme berlawanan dengan nurani kemanusiaanku,” begitu alasannya. “Walaupun aku adalah Israel tulen”, lanjutnya lagi.

“Tidak! Dia mengkhianati Israel, Tanah terjanji. Tak kan kubiarkan!!!”

Aku menahan napas. Mencari-cari tulisan bertinta sama.

15 Agustus 1990
Katanya anaknya sudah lahir. Aku tak tahu kapan. Sebagai teman akrabnya dulu, aku ditanyai teman-temanku dan juga teman-teman lamanya di sinagoge. Tapi, aku malah tidak tahu informasi itu. Apa yang bisa kulakukan?

Aku mengernyitkan dahi. Teman akrab, siapa teman akrab Rabbi Shahak itu? Aku melanjutkan membaca beberapa buku yang lain. Kondisinya hampir sama, berdebu dan buram. Sebuah tulisan bertinta merah kembali menarik perhatianku.

23 Maret 1994
Aku ikut pasukan patroli. Mereka menyisir dan “membersihkan” lokasi sekitar Al Quds. Itu tempat tinggalnya beserta istrinya. Pasukan yang luar biasa. Mereka mampu “mengosongkan” penduduk wilayah itu walaupun sebagian harus dengan buldoser.

Yang kucari akhirnya kudapatkan. Wajah bocah itu sangat mirip dengan wajah ayahnya. Anak itu berhasil kupisahkan dari ibunya. Kudekap dia agar tak melihat ayah ibunya dibuldoser.

Sekarang dia anakku. Tidak ada lagi Al Hamid Ibrahimi. Kau sekarang adalah Israel Daniel! Akan kujadikan kau Yahudi sejati pengganti ayahmu yang pengkhianat.

Israel Daniel! Refleks aku melihat banner nama di dadaku. Israel Daniel!

Aku terduduk lesu. Beribu tanda Tanya memenuhi kepalaku. Bagaimana mungkin Israel Daniel itu adalah Al Hamid Ibrahimi? Dan, itu adalah aku!

Bayangan tumpukan manusia itu kembali hadir di mataku. Sekarang dapat kulihat dengan jelas wajah kelebatan wanita itu. Wajahnya begitu panik menyadari aku terlepas dari tangannya dan berusaha merebutku kembali dari tentara Israel yang telah merenggutku dengan paksa dari sisinya. Dan, ternyata wanita itu adalah ibuku!

Kepalaku terasa pusing. Bagaimana mungkin Rabbi Shahak yang selama ini aku hormati ternyata memiliki andil yang sangat besar menghancurkan keluargaku, membuldoser ibu bapakku? Begitu rapinya Rabbi Shahak menyimpan rahasiaku demi menjadikanku seorang Israrel. Aku bingung dan tidak mampu memahami perasaanku saat ini. Rasa mual dan benci menyesaki dadaku.

Aku meraba gagang pistol di pinggangku. Aku mencabut banner nama di dadaku. Dalam lengang aku melihat bocah delapan tahunan penggenggam batu dengan tubuh bersimbah darah itu menjelma dalam diriku.


Penulis: Irna Syahrial (Republika, 3 Juni 2012)


Keterangan:
(i) Pembantaian sangat keji di Desa De’ir Yasin oleh Israel pada 9 April 1948. Aksi keji ini menewaskan lebih dari 360 orang dari total penduduk 600 jiwa.
(ii) Tentara Nasional Israel.
(iii) Semboyan kaum Zionis Israel untuk menjadikan tanah Palestina kosong sama sekali sehingga dapat disediakan bagi bangsa Israel yang mereka anggap tidak punya tanah.
(iv) Tempat-tempat pemukiman kolektif di Israel dengan sistem kepemilikan bersama.
(v) Salah satu kisah dalam Kitab Perjanjian Lama yang disitir secara salah dan disalahgunakan Zionis sebagai pembenaran tindakannya membantai penduduk Palestina.