Rabu, 20 November 2013

Silaturrahmi & Dialog Bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Dalam rangka kunjungan kerja Deputi Kerjasama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ke Mesir, Kedutaan Republik Indonesia (KBRI) Cairo mengundang Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir (MASISIR) untuk menghadiri sebuah acara silaturrahim dan dialog tentang "Terorisme", Selasa (19/11),  di Aula Darul Hasan Keluarga Mahasiswa Jambi (KMJ), Kawasan Hay Asyir, Nasr City, Cairo.

Dialog yang mengangkat dan menyibak tentang terorisme tersebut menghadirkan Duta Besar Hari Purwanto, saat ini menjabat sebagai Deputi 3 bidang Kerjasama Internasional di BNPT, dan Prof. Dr. Ihsan Idris, Direktur Deradikalisasi di BNPT, sebagai nara sumber. Di awal presentasinya, Hari Purwanto mengenalkan kepada peserta silaturrahmi tentang arti terorisme sebagaimana didefinisikan di dalam undang-undang Terorisme di Indonesia dan bahaya terorisme. "Terorisme adalah suatu masalah yang  dihadapi tidak hanya di Indonesia akan tetapi juga di semua belahan dunia, dimana ada kelompok atau perorangan yang mencoba untuk menggunakan cara-cara kekerasan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, bermuatan politik dan bertujuan mengubah bentuk NKRI.", ujar Hari.

"Bahaya dari terorisme itu ada 2 yang pertama adalah mendukung terorisme itu sendiri, yang kedua adalah menganggap enteng masalah terorisme. Dan kalo kita bicara terorisme itu memang ada konotasi politik, jadi dia bukan sekedar kriminal biasa tapi selalu ada cakupannya politik.", lanjut Hari menerangkan. Ia juga menambahkan bahwa di dunia ini belum ada satu kesatuan pendapat untuk mendefinisikan apa yang disebut dengan terorisme, yang ada hanyalah definisi, atau working definition, yang artinya adalah definisi dimana dengan definisi tersebut kita bisa melakukan untuk melakukan penanggulangan terorisme.

Selain itu, dalam presentasinya Prof. Dr. Ihsan Idris memaparkan tentang proses tahapan bagaimana teroris itu bertindak dan apa kaitannya dengan paham radikalisme. "Paham radikal, jadi anak tangga sebelum menjadi teroris itu jadi dikemas dulu dalam bahasa agama bukan single factor, tetapi kemuadian bergeser, jadi mereka bukan lagi berjuang menegakkan syariat islam, mereka menciptakan keributan, menyerang polisi dan lain sebagainya. bahkan mereka tidak tau syariat islam.", tutur Ihsan berapi-api. Ia juga menambahkan bahwa sebenarnya para teroris tersebutlah yang selama ini kita dengar menyuarakan ditegakkannya syariah, padahal justru mereka sendiri yang menghancurkan syariah islam dengan tidak memperhatikan penjagaan dan perlindungan terhadap maqosid syariah yang lima.

Dialog yang dimoderatori oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo, Dr. Fahmy Lukman, M.Hum tersebut dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya atau berkomentar. Kemudian acara dilanjutkan dengan ramah tamah sampai dengan selesai. Hadir juga dalam acara tersebut Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Fahmy Lukman, M.Hum, Meribintar Simorangkir, pimpinan fungsi politik KBRI Cairo, Staff KBRI Cairo, dan sekitar 45 para hadirin. (MHA)
Sumber: AtdikCairo.org