Dalam
rangka kunjungan kerja Deputi Kerjasama Internasional Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) ke Mesir, Kedutaan Republik Indonesia
(KBRI) Cairo mengundang Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir
(MASISIR) untuk menghadiri sebuah acara silaturrahim dan dialog tentang
"Terorisme", Selasa (19/11), di Aula Darul Hasan Keluarga Mahasiswa
Jambi (KMJ), Kawasan Hay Asyir, Nasr City, Cairo.
Dialog yang mengangkat dan menyibak tentang terorisme tersebut
menghadirkan Duta Besar Hari Purwanto, saat ini menjabat sebagai Deputi 3
bidang Kerjasama Internasional di BNPT, dan Prof. Dr. Ihsan Idris,
Direktur Deradikalisasi di BNPT, sebagai nara sumber. Di awal
presentasinya, Hari Purwanto mengenalkan kepada peserta silaturrahmi
tentang arti terorisme sebagaimana didefinisikan di dalam undang-undang
Terorisme di Indonesia dan bahaya terorisme. "Terorisme adalah suatu
masalah yang dihadapi tidak hanya di Indonesia akan tetapi juga di
semua belahan dunia, dimana ada kelompok atau perorangan yang mencoba
untuk menggunakan cara-cara kekerasan untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan, bermuatan politik dan bertujuan mengubah bentuk NKRI.", ujar
Hari.
"Bahaya
dari terorisme itu ada 2 yang pertama adalah mendukung terorisme itu
sendiri, yang kedua adalah menganggap enteng masalah terorisme. Dan kalo
kita bicara terorisme itu memang ada konotasi politik, jadi dia bukan
sekedar kriminal biasa tapi selalu ada cakupannya politik.", lanjut Hari
menerangkan. Ia juga menambahkan bahwa di dunia ini belum ada satu
kesatuan pendapat untuk mendefinisikan apa yang disebut dengan
terorisme, yang ada hanyalah definisi, atau working definition, yang
artinya adalah definisi dimana dengan definisi tersebut kita bisa
melakukan untuk melakukan penanggulangan terorisme.
Selain
itu, dalam presentasinya Prof. Dr. Ihsan Idris memaparkan tentang
proses tahapan bagaimana teroris itu bertindak dan apa kaitannya dengan
paham radikalisme. "Paham radikal, jadi anak tangga sebelum menjadi
teroris itu jadi dikemas dulu dalam bahasa agama bukan single factor,
tetapi kemuadian bergeser, jadi mereka bukan lagi berjuang menegakkan
syariat islam, mereka menciptakan keributan, menyerang polisi dan lain
sebagainya. bahkan mereka tidak tau syariat islam.", tutur Ihsan
berapi-api. Ia juga menambahkan bahwa sebenarnya para teroris
tersebutlah yang selama ini kita dengar menyuarakan ditegakkannya
syariah, padahal justru mereka sendiri yang menghancurkan syariah islam
dengan tidak memperhatikan penjagaan dan perlindungan terhadap maqosid
syariah yang lima.
Dialog
yang dimoderatori oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo, Dr.
Fahmy Lukman, M.Hum tersebut dilanjutkan dengan memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk bertanya atau berkomentar. Kemudian acara
dilanjutkan dengan ramah tamah sampai dengan selesai. Hadir juga dalam
acara tersebut Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Fahmy Lukman, M.Hum,
Meribintar Simorangkir, pimpinan fungsi politik KBRI Cairo, Staff KBRI
Cairo, dan sekitar 45 para hadirin. (MHA)
Sumber: AtdikCairo.org